Kondisi berbeda tampak di raut wajah para punggawa MU yang terlihat lesu saat meninggalkan lapangan hijau. Kekalahan yang menyakitkan bagi Setan Merah. Pasalnya, selain harus bertekuk lutut untuk kali kedua dari ManCity di Premier League musim ini, kekalahan tersebut juga membuat peluang MU mempertahankan gelar Premier League terancam gagal.
Dengan kekalahan ini, MU harus rela melepaskan tampuk klasemen sementara Premier League kepada skuad Roberto Mancini. Meski keduanya memiliki poin sama, 83 poin, namun ManCity unggul agresivitas gol. The Citizens telah menorehkan 61 gol sepanjang musim ini. Unggul delapan gol dari MU yang baru mengantongi 53 gol.
Di tengah kondisi yang tidak menguntungkan ini, manajer MU Sir Alex Ferguson coba menjaga asa dan harapan untuk meraih hasil maksimal di dua laga tersisa. Tapi, pelatih berusia 70 tahun itu juga tidak memungkiri jika kini kendali berada di tangan ManCity karena unggul agregat gol.
"Semua belum selesai. Tapi harus diakui jika mereka (ManCity) saat ini yang berada di kursi pengemudi. Mereka hanya butuh dua kemenangan dari dua laga sisa untuk memenangkan kompetisi, semudah itu," nilai Ferguson pada Sky Sports usai laga.
Memang kemenangan di dua laga tersisa akan tidak berarti apa-apa bagi MU jika di saat bersamaan ManCity berhasil menorehkan hal yang sama dan mampu menjaga keunggulan agregat gol yang dimiliki. "Mereka memiliki keunggulan delapan gol. Itu adalah keuntungan yang amat besar," lanjut Fergie.
Hal inilah yang menurut mantan pemain MU, Gary Neville, merupakan ketakutan terbesar bagi Ferguson selama bertahun-tahun menukangi MU. Neville menilai kalah dalam perebutan gelar liga dari rival sekota adalah suatu yang sangat tidak diinginkan Ferguson. Selain itu Ferguson tidak ingin kalah lewat selisih gol.
"Saya tahu karena saya sudah berada di ruang ganti MU selama 20 tahun. Bahwa itu adalah mimpi terburuknya. Kehilangan gelar karena agregat gol. Dan dia (Fergie) selalu membicarakan hal itu setiap musim," ujar Neville.
"Pada bulan Januari, Februari, Maret atau di bulan apapun, ia akan mengatakan kepada para pemain, 'Jika Anda sudah unggul 1-0 atau 2-0, cetak gol ketiga dan keempat, karena Anda tidak akan pernah tahu apakah itu akan menentukan," ujar Neville menirukan ucapan yang kerap disampaikan Fergie kepada pemain.
Menerawang Laga Tersisa MU
Bagaimana peluang MU meraih poin maksimal sekaligus mengejar agregat gol di dua laga sisa? Dua calon lawan MU terbilang mudah. Setan Merah akan menjamu tim posisi 12, Swansea City di Old Trafford pada 6 Mei. Selanjutnya, Patrice Evra dan kawan-kawan bakal tandang ke Stadium of Light untuk meladeni perlawanan Sunderland pada 13 Mei.
Di pertemuan pertama musim ini melawan Swansea, pasukan Alex Ferguson mengantongi kemenangan tipis 1-0 lewat gol Javier Hernandez. Begitu juga dengan Sunderland, Wayne Rooney dan kawan-kawan berbekal kemenangan 1-0 di laga pertama lewat gol bunuh diri Wes Brown.
Tapi, kali ini bukan kemenangan 'biasa-biasa' saja yang diidamkan Ferguson. MU setidaknya harus tampil all-out dengan berusaha sebisa mungkin mencetak kemenangan besar guna melampaui selisih gol yang dimiliki ManCity. Tugas Ferguson juga bertambah dengan terus berupaya memompa semangat dan motivasi skuadnya.
Setelah injak gas sejak paruh kedua kompetisi dengan meraih rangkaian kemenangan beruntun, penampilan MU justru merosot di empat laga terakhir. MU hanya mampu meraih empat poin dari 12 maksimal poin yang seharusnya diraih. Dan inilah yang tidak diharapkan Fergie terulang di dua laga sisa.
Ulasan Mancini
Manchester City membuka peluang meraih gelar juara Premier League usai memenangkan laga derby Manchester, Senin 30 April 2012 (Selasa dini hari WIB). Penampilan menawan yang ditampilkan City dinilai Roberto Mancini pantas menekuk tim tamu yang bermain cenderung defensif.
Gol tunggal Vincent Kompany ke gawang Manchester United pada penghujung babak pertama sudah cukup memastikan tiga poin untuk City. Lepas dari gol kemenangan tersebut, performa 'The Citizens' masih pantas mendapat pujian. Pasukan Mancini tampil penuh semangat dan terus menekan sepanjang 90 menit, dibanding sifat MU yang bermain amat pasif.
"Belum ada yang berubah, United masih berada di posisi yang menguntungkan. Mungkin baru bisa dilihat usai akhir pekan nanti. United bertahan dengan seluruh pemainnya sepanjang laga, mereka tidak memiliki peluang mencetak gol dan kami tampil dengan performa yang sangat bagus," ujar Mancini usai laga kepada BBC Sports.
Meski saat ini kembali ke puncak klasemen, Mancini menegaskan gelar Premier League belum pasti jatuh ke tangan mereka. Apalagi jadwal ke depannya tidak berpihak pada mereka.
"Ini adalah kemenangan yang luar biasa tapi kami masih punya dua laga sisa yang sangat sulit dan United hanya memiliki dua laga mudah," tambah Mancini pada BBC Radio 5 Live.
"Manchester United masih menjadi favorit juara. Swansea dan Sunderland sudah tidak terlalu ngotot. Saya senang kami berada di atas, tapi itu tidak mengubah apapun," imbuh manajer asal Italia itu.
Mancini juga mengeluhkan permainan defensif yang diterapkan MU, dan menjelaskan soal keputusannya menarik Carlos Tevez dan memasukkan Nigel De Jong yang mendapatkan banyak kritik dari para pengamat sepakbola.
"United meletakkan semua pemainnya di belakang bola dengan hanya satu striker. Mereka ingin hasil seri. Mereka bermain beda dari biasanya. Kami pantas untuk menang," nilai Mancio.
"Carlos Tevez sangat kelelahan dan kami butuh pemain seperti Nigel de Jong di lini tengah. Saat kami melakukan (pergantian) itu, kami tidak lagi memiliki masalah," lanjutnya menjelaskan.
Dengan hasil ini poin ManCity dengan MU sama yaitu 83, namun Manchester Biru berada di peringkat teratas berkat selisih gol yang lebih baik. Dalam dua partai sisa, City akan menghadapi Newcastle (6/5) dan Queens Park Rangers (13/5) dalam misi merebut gelar Liga Inggris pertama dalam 44 tahun terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar